Senin, 04 Januari 2016

Portofolio Investasi dengan Strategic Asset Allocation

      Mungkin masih banyak di antara kita yang belum menggabungkan investasi keuangan, seperti deposito, obligasi, saham, dan reksadana menjadi suatu kesatuan portofolio investasi. juga belum banyak yg menerapkan alokasi aset strategis jangka panjang. umumnya, masing-masing jenis aset tersebut masih sering dinilai berdasarkan nilai absolut secara terpisah atau sendiri-sendiri, tidak secara persentase terhadap total keseluruhan aset yg disebut sebagai alokasi aset.


Ambil contoh, jika seorang investor ( penanam modal ) sebut saja pak Andi memiliki kekayaan investasi sebesar Rp 500 Juta. kekayaan itu terdiri dari Rp 100 Juta di Deposito, Rp 150 Juta di Reksadana Pendapatan Tetap, dan Rp 250 Juta di Reksadana Saham.

Pak andi boleh jadi tidak menyadari bahwa ia telah memiliki portofolio investasi dengan komposisi alokasi aset. persentasenya sebagai berikut : deposito 20 %, reksadana pendapatan tetap 30 %, dan reksadana saham 50 % dari keseluruhan aset investasinya.

Penggabungan seluruh aset serta pembagian secara persentase dari masing-masing jenis aset terhadap total keseluruhan aset ini, jika direncanakan sejak awal dan akan dipertahankan dalam jangka panjang, akan disebut sebagai portofolio investasi dan memiliki aset alokasi strategis ( strategic asset allocation ). hal ini merupakan bagian terpenting dalam berinvestasi.

Mengapa kita perlu memiliki portofolio investasi dengan alokasi aset strategis ? Pertama, setiap jenis aset memiliki potensi keuntungan sekaligus risiko. salah satu cara mengelola risiko adalah memilah aset investasi berdasarkan jangka waktu investasinya. jadi, seperti reksadana pendapatan tetap ( yang berbasis obligasi, investasi ke dalam produk ini sebaiknya tujuan investasi jangka menengah, di atas 3 tahun ). adapun reksadana saham ( yang berbasis saham, sebaiknya dimasukkan ke dalam investasi jangka panjang, di atas 5 tahun atau bahkan di atas 10 tahun ).

Kedua, alokasi aset strategis dibutuhkan untuk memperoleh perkiraan target imbal hasil ( keuntungan jangka panjang ). misalnya, kita berharap 10 tahun ke depan deposito akan memberi imbal hasil 5,6 % setelah pajak, reksadana pendapatan tetap 8 %, dan reksadana saham 18 % ( angka-angka ini hanya sekedar ilustrasi saja ). dengan portofolio investasi yg memiliki komposisi seperti di atas, kita bisa memperkirakan imbal hasil total portofolio investasi yg bisa di capai, yakni : 20 % x 5, 6 ( deposito ) + 30 % x 8 % ( reksadana pendapatan tetap ) + 50 % x 18 % ( reksadana saham ) = 1, 12 % + 2, 4 % + 9 % = 12, 52 % rata-rata per tahun. 

Ketiga, dengan adanya aset alokasi strategis, investor ( penanam modal ) akan terbantu dalam mengambil keputusan beli atau jual. caranya, memonitor untuk suatu periode tertentu ( 6 bulan atau 1 tahun, atau ketika terjadi perubahan pasar secara signifikan ) dengan melihat perubahan yg terjadi pada komposisi masing-masing aset di atas. kemudian melakukan rebalancing untuk mengembalikan posisi masing-masing jenis aset dengan menjual ( aset ) yang telah mengalami keuntungan dan memindahkan ke dalam ( membeli ) aset yg berkurang komposisinya.

Dengan memiliki portofolio investasi seperti di atas, investor ( penanam modal ) sudah menerapkan beberapa prinsip penting dalam berinvestasi. prinsip itu meliputi proses : perencanaan, keputusan alokasi aset strategis, implementasi dan monitoring serta evaluasi. inilah proses investasi yg perlu diikuti dengan penuh kedisiplinan dan juga dengan kesabaran untuk memperoleh hasil investasi optimal dalam jangka panjang. selamat mencoba.


Sumber  :  Buku " Financial Wisdom "

Karya     :  Eko P. Pratomo















Tidak ada komentar:

Posting Komentar