Kamis, 06 Agustus 2015

Controlled Pain Dalam Mendidik Anak

      Seorang sahabat pernah menyampaikan istilah 'controlled pain'. saya ingin mencoba menghubungkan istilah itu dengan kondisi finansial suatu keluarga dengan bagaimana keluarga tersebut mendidik anak.

Suatu keluarga yg memiliki kemapanan finansial, seharusnya memiliki kemungkinan lebih besar memberikan bekal pendidikan yg baik bagi anak-anak mereka, mengingat biaya pendidikan yg semakin hari semakin besar. sayang, kemapanan finansial, terkadang bukan menjadi modal dalam mendidik anak, melainkan juga bisa menjadi racun, jika tidak menempatkan pada jalur yg benar.


Rasanya tidak ada orangtua yg mampu secara finansial, tidak ingin memenuhi semua fasilitas yg dibutuhkan bagi anak-anak mereka. apalagi jika pada masa lalunya sang ayah atau ibu hidup dalam kondisi prihatin, sederhana, atau bahkan susah dan tidak bisa menikmati kehidupan yg nyaman, seperti keluarga yg mampu ketika itu.

Boleh jadi, seorang ayah atau ibu dengan latar belakang orangtua mereka yg dahulu prihatin, sering merasa keprihatinan yg dahulu mereka alami jangan sampai terulang pada anak-anak mereka sekarang. dengan kesuksesan & kemapanan finansial saat ini, mereka justru berlebihan dalam memberikan fasilitas yg menyebabkan anak-anak terlalu dimanja dengan segala kemudahan itu.

Akibatnya, sang anak malah akan menjadi lemah secara karakter, terbiasa dengan hidup enak. alhasil, anak-anak tersebut tidak memiliki 'fighting spirit' seperti orangtua mereka dahulu. padahal, kesuksesan orangtua mereka saat ini, justru karena keprihatinan yg dahulu mereka alami.

Jadi, tidak ada salahnya, bahkan mungkin perlu disarankan bagi para orangtua ( khususnya yg mampu ), menerapkan pola controlled pain, yang saya artikan sebagai " menciptakan keprihatinan terkontrol " kepada anak-anak mereka. perlunya pola 'controlled pain' pada anak-anak, sebenarnya untuk mendidik mereka agar memiliki karakter & semangat juang yg positif dan kuat.

Mereka perlu memahami bahwa kelak mereka harus hidup mandiri, harus menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dan tidak boleh pernah menyerah dan harus memiliki semangat juang. semangat ini bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi juga untuk berperan dalam memperbaiki masyarakat.

Memang belum pernah dilakukan survei, namun boleh jadi, mayoritas mereka yg sukses dalam hidup ini adalah mereka yg prihatin dan harus berjuang karena keterbatasan fasilitas pada masa lalunya.

Karena itu, mengapa kita tidak coba menerapkan keprihatinan terkontrol pada anak-anak kita yg menjelang remaja ( mulai sekolah menengah pertama ). caranya, dengan hanya memberikan uang saku terbatas serta fasilitas dasar yg dibutuhkan ( tetapi tentunya dengan batas kewajaran yg disesuaikan ), bukan yg semua mereka inginkan. juga ditambah keharusan selalu membiasakan mereka agar menabung sejak dini. semua ini dilakukan agar tujuan membangun karakter positif & belajar memgelola uang dengan bijak sejak dini bisa tercapai. 

Sumber  :  Buku "Financial Wisdom"

Karya    :  Eko P. Pratomo


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar