Senin, 06 Januari 2020

Tips tips penting orang tua etnis cina mengajari anaknya soal bisnis

      Tidak dapat disangkal, bahwa pelajaran paling penting & membekas, selain pendidikan sekolah, adalah pendidikan dalam keluarga. keluarga adalah asal mula pembentukan karakter dan sifat anak. jika dalam keluarga, anak diajari hal-hal baik, maka anak itu akan tumbuh dengan baik pula. pendidikan dalam keluarga akan sangat kuat mengakar dalam pola pikir seorang anak. sebab, dalam lingkungan inilah terjadi intensitas hubungan paling tinggi.

Orang turunan cina / tionghoa menyadari betapa pentingnya pendidikan dalam keluarga. mereka tidak akan membiarkan keturunannya gagal dapat pendidikan terbaik di lingkungan karena mereka menyadari inilah bekal yg paling banyak digunakan ketika anak beranjak dewasa. lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar tetap memegang peranan paling penting. namun, orang tua tetap paling dominan dalam membentuk karakter & kepribadian anak. oleh karena itu, mereka tidak main-main dalam mendidik anak-anak mereka.


Dalam sistem kemasyarakatan tiongkok, keluarga amat peduli. bahkan, bisa dibilang amat ketat dalam pola pengasuhan anak. sebuah studi yg dilakukan amy chua amy yg diabadikan dalam bukunya " Battle Hymn of Tyger Mother ? " mengatakan bahwa orang tua etnis cina / tionghoa memang terkenal cukup otoriter. dalam buku yg menjadi best seller itu di katakan tentang pengalamannya dalam mendidik anak dengan gaya tradisional tiongkok. 

Isi buku itu cukup membuka mata dunia dalam hal pola pengasuhan anak. kesuksesan & pola pengasuhan kedua putrinya, Sophia dan Louisa, membuat ibu-ibu amerika merasa gagal mendidik anak-anak mereka. untuk hal ini, dia mendapat acungan jempol atas pola pendidikan kedua anaknya, tapi di sisi lain dia juga dikritik karena dianggap terlalu ketat menetapkan standar yg harus dicapai oleh sang anak. di sekolah, amy chua mendapat nilai cukup sempurna, belum lagi keterampilan lain, seperti bermain piano, menari, dan lainnya.

Dalam bisnis pun, naluri sang anak juga ditempa dan dibina sejak kecil untuk serius mencapai kesuksesan. mereka mengajari anak-anak mereka cara memperlakukan hidup ( khususnya dunia bisnis ) dengan kebudayaan besar yg telah berusia ribuan tahun, serta menjadi keyakinan mereka turun-temurun.

Dalam mengajarkan bisnis, para orang tua tiongkok pertama-tama mengajari anak-anak mereka cara memperlakukan uang dengan baik. sebab, bisnis erat kaitannya dengan uang dan sumber modal. dengan kata lain, mereka mengajari anak-anak mereka " cara sadar secara finansial / keuangan " . anak-anak mereka telah dilatih cara menggunakan, sifat, watak, dan pola sirkulasi uang.

Adapun hal-hal yg ditekankan orang tua tiongkok pada anak-anak mereka, yaitu :


  • Menghindari pembelanjaan defisit ( pengeluaran lebih besar dari penghasilan )
Orang tua etnis cina / tiongkok sangat anti dengan pola keuangan defisit. atau, seperti kata pepatah lebih besar pasak daripada tiang. bagi mereka, sifat atau kebiasaan itu sangat mengerikan. sehingga mereka mewariskannya dari generasi ke generasi.

Orang tionghoa tidak peduli seberapa besar penghasilan atau sumber uang bisa masuk ke kantong mereka, yang harus diperhatikan adalah jangan sampai kekayaan uang itu hilang karena nafsu konsumtif berupa membelanjakannya secara berlebihan. perlakuan terhadap uang yg baik akan mendatangkan kesejahteraan. sebaliknya, perlakuan uang yg buruk akan mendatangkan penderitaan.

Orang-orang tionghoa selalu mengajari anak-anak mereka untuk berhemat, bahkan pengeluaran mereka harus bisa dipertanggung jawabkan secara rasional. mereka takut anak mereka jadi manja, sehingga bisa menghabiskan semua kekayaannya secara perlahan-perlahan. karena itulah, orang tionghoa selalu mengajarkan anak-anak mereka untuk berhemat & didik dengan keahlian pendidikan uang yg kuat.

  • Belajar berhitung dan memperhitungkan
Pada umumnya, orang tua tiongkok akan mengajari anaknya untuk bisa pandai berbisnis. dalam berbisnis, berhitung soal laba atau keuntungan adalah keahlian yg harus dimiliki. jika orang tionghoa menyekolahkan anaknya untuk mendapatkan gelar, bukan berarti mereka tidak di didik soal pengetahuan bisnis, meski jurusan pendidikan mereka bukan bisnis. itu adalah strategi bila anaknya gagal jadi pebisnis yg sukses, ijazah pendidikan itu bisa membantunya kelak.

Sebenarnya, orang tiongkok tidak ahli dalam soal matematika handal & tidak terkenal disiplin dalam hitungan matematika yg rumit ini. namun, mereka sadar betul fungsi dari matematika. mereka boleh saja tidak bisa menghitung, tapi sadar betul hal yg musti diperhitungkan. sehingga, anak-anak mereka bisa pandai berhitung, dengan tujuan tidak rugi jika membuka usaha ( bisnis ). mereka tidak harus ahli dalam hitungan matematika rumit, tapi cukup pandai dalam soal matematika dasar. salah satu caranya, dengan memberikan anak-anak mereka uang saku mingguan atau bulanan, dengan tujuan anak-anak mereka bisa lebih pandai mengatur pengeluaran.

  • Dilatih mandiri sejak dini
Para orang tua tiongkok sangat menekankan kemandirian pada anak. mereka tidak hanya berteori, tapi juga melakukan praktek nyata. menurut mereka, tidak ada yg gratis di dunia ini. sehingga mereka sejak dini telah dilatih untuk memperoleh uang sendiri / bekerja, tanpa mengabaikan tugas-tugas mereka di sekolah. anak-anak mereka di latih untuk bisa bekerja paruh waktu / part time. jika mereka memiliki perusahaan / bisnis sendiri, anak mereka akan di suruh bekerja di perusahaan itu & di beri gaji sesuai kontribusinya pada perusahaan.

Bagi anak-anak bangsa lain, hal itu akan terasa aneh / ganjil. tapi, bagi para orang tua tiongkok, hal itu sudah menjadi bagian dari kebudayaan & pola pikir mereka. mereka sadar, kesuksesan itu tidak bisa diperoleh dengan jalan pintas, tapi harus dirintis dengan semangat & tekad yg kuat, bahkan sejak mereka masih kecil.

Meski demikian, para orang tua tiongkok akan tetap menunjukkan kasih sayang & pengertian pada anak-anak mereka. seperti dengan memberikan hadiah insentif atau bonus saat mereka meraih prestasinya di sekolah. 

Para orang tua tiongkok betul-betul tidak ingin anak-anak mereka menjadi generasi yg manja hanya karena lahir dari keluarga yg kaya. sehingga, saat orang tua mereka sudah tidak ada / meninggal dunia, mereka akan menghabiskan semua kekayaan dari orang tuanya yg didapat dari hasil jerih payahnya. sejak kecil, sudah diajarkan bahwa kesuksesan atau kemakmuran itu ada di hari esok, bukan hari ini. mereka menekankan kamandirian supaya mental anak mereka terlatih & mampu mengembangkan bisnis keluarganya agar semakin berkembang pesat.

  • Bermuka baik
Selain menekankan pendidikan yg berorientasi pada profit & bisnis, para orang tua tiongkok juga mengajarkan keperibadian anak-anak mereka. hal pertama yg harus dilakukan adalah, bersikap baik dan memperlakukan orang lain dengan baik pula. dalam berbisnis, ada pepatah cina / tiongkok, " orang yg tidak bisa tersenyum, sebaiknya jangan buka toko / kios " .

  • Jangan bersikap curang dan berbohong
Selain pola komunikasi yg baik, orang tiongkok juga bisa dipercaya. hal ini tidak terjadi secara ototmatis atau ilmiah, tapi sudah menjadi prinsip bisnis mereka, baik di negara sendiri maupun di negara asing / luar.

Dalam berbisnis, orang tiongkok tidak suka ingkar janji, sehingga bisa lebih dipercaya. mereka membuat perjanjian hanya jika mereka bisa menepatinya, jika tidak mereka tidak akan main-main.

Dan juga, dalam soal bisnis, orang tua tiongkok selalu mengajari anaknya untuk berbisnis jujur, tidak main kotor / curang, dan adil. pebisnis yg jujur, perdagangannya pasti akan bertahan lama. 

  • Jangan menjadi pegawai atau karyawan
Pelajaran bisnis selanjutnya adalah, orang tua tiongkok mengajarkan anaknya untuk menjadi pemimpin dalam bisnis. mereka mengajari anak-anak mereka untuk jadi pengusaha / pebisnis sejak usia muda. mereka juga menekankan lebih baik jadi kepala ayam daripada ekor sapi. artinya, lebih baik jadi pengusaha / pebisnis dengan penghasilan lebih kecil daripada jadi karyawan dengan gaji besar. mereka telah di didik untuk jadi pengusaha / pebisnis sejak usia dini oleh orang tua mereka.

Inilah satu jawaban kenapa orang-orang tionghoa kurang tertarik menjadi pegawai negeri ( PNS ) atau karyawan swasta. bahkan, mereka menarik diri dari dunia politik yg dianggap penduduk asli indonesia bisa menjadi ladang untuk menyejahterakan ekonominya. apabila sudah mentok, maka menjadi petani ( Lain halnya dengan orang etnis cina / tionghoa yg sebagian besar menjadi pengusaha / pebisnis dalam hidupnya ).

Kepada anak-anak mereka , di ajarkan bahwa orang yg mendapat gaji sebagai pegawai / karyawan, tidak akan mendapat status sosial yg tinggi. dengan kata lain, mereka lebih suka menggaji daripada digaji. sehingga, mereka lebih terpacu untuk menjadi pengusaha / pebisnis.


Sumber  : Buku " Rahasia Sukses ala Tiongkok, India, dan Arab "

Karya     :  Emsan

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar