Selasa, 28 Juli 2015

Gaya Hidup

      Saya mencoba mendefinisikan gaya hidup dalam konteks keuangan sebagai kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sebuah keluarga yang memiliki konsekuensi atau dampak langsung dengan besarnya pengeluaran  bulanan. sebagai contoh, dalam hal kebutuhan transportasi, sebuah keluarga bisa memilih gaya hidup bertransportasi di antara pilihan-pilihan : naik kendaraan umum, naik sepeda motor, naik taksi, atau naik kendaraan pribadi. masing-masing pilihan memiliki konsekuensi ( akibat ) besarnya biaya atau pengeluaran yg berbeda.


Kehidupan modern di kota besar, seperti kota metropolitan jakarta dan kota-kota besar lainnya, melahirkan godaan untuk menerapkan gaya hidup yg "mahal" yang semakin meningkat. penawaran berbagai jenis barang bermerek ( branded items ), mobil, alat komunikasi canggih ( gadget ), kuliner, hiburan, dan sebagainya sering menjadi godaan yg sulit dihindari. terlebih, budaya pamer serta tidak percaya diri jika berbeda dengan kebanyakan orang, masih banyak melekat pada masyarakat kita.

Setiap keluarga sebenarnya sah-sah saja untuk memilih gaya hidup yang dinginkan, sepanjang penghasilannya sanggup menopang besarnya pengeluaran untuk gaya hidup yg dipilih. yang menjadi masalah, kalau sebuah keluarga tidak menyadari bahwa gaya hidupnya salah. pertanyaannya, kenapa kok ada ( bahkan banyak ) keluarga yg tidak sadar bahwa gaya hidupnya salah.

Salah satu penyebabnya adalah karena saat ini banyak keluarga yang memiliki kartu kredit. mereka merasa aman mempertahankan gaya hidup mereka yg sebenarnya salah dengan bergantung pada fasilitas utang yg disediakan bank/penerbit kartu kredit.

Memang kita tidak bisa menyalahkan penerbit kartu kredit, namun penggunaan kartu kredit yang tidak bijak oleh sebuah keluarga, apalagi untuk mempertahankan gaya hidup yg salah hanya akan membawa ke jurang kesulitan karena utang yg tidak terbayar dan akan berakibat fatal. karena itu, berhati-hatilah dan sadari agar gaya hidup kita untuk tetap selalu sesuai dengan tingkat penghasilan kita. jangan sampai kita baru menyadari bahwa gaya hidup kita salah ketika kita sudah mulai didatangi oleh debt collector ( penagih utang ).

Sumber :  Buku "Financial Wisdom"

Karya    :  Eko P. Pratomo  








Tidak ada komentar:

Posting Komentar