Senin, 27 Juli 2015

Manajemen Utang

   Euro, Mata Uang, Uang, Europe   Hingga kini, seluruh masyarakat dunia masih menanti penyelesaian dari krisis utang yang sedang melanda kawasan eropa. khususnya bagaimana negara-negara di kawasan ini mengatasi ketidakmampuan beberapa negara eropa dalam membayar utang mereka yang sudah menggunung.

Negara Indonesia boleh sedikit berbangga dalam hal yg satu ini. hingga akhir tahun lalu, rasio total utang negara kita terhadap produk domestik bruto alias PDB hanya sekitar 25 % saja. sementara itu, negara-negara yg sedang dilanda krisis utang di benua biru tersebut, rasio total utang terhadap PDB sudah mencapai lebih dari 100 %.


Apa yang terjadi di Eropa sebenarnya menunjukkan buruknya manajemen utang ( debt management ) suatu negara. kabarnya, salah satu faktor penyebab krisis utang di Eropa adalah karena dana hasil utang tersebut lebih banyak digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan konsumtif, bukan untuk kebutuhan yg produktif. di Eropa, dana hasil utang itu mengalir untuk membayar gaji dan tunjangan sosial.

Sejatinya, berutang memang bukan sesuatu yg buruk. namun, jika hasil utang tersebut tidak digunakan untuk tujuan produktif dan tidak dikelola dengan baik, niscaya membawa kesengsaraan. yang penting juga adalah menerapkan batasan utang serta menjaga kemampuan melakukan pembayaran. tanpa itu, utang akan menjadi bencana.

Dalam memenuhi kebutuhan keuangan keluarga dan rumah tangga, terkadang kita tidak bisa mengelakkan diri dari berutang. karena itu, mengelola utang secara bijak juga menjadi keharusan agar rumah tangga terhindar dari krisis & bencana keuangan.

Apa yang bisa kita lakukan dalam memanajemen utang ? Pertama, batasilah utang hanya untuk tujuan-tujuan produktif ( menghasilkan ), contoh : utang untuk membuka atau mengembangkan usaha/bisnis. bukan konsumtif ( menghabiskan ).

Kedua, batasi agar total cicilan utang tidak melebihi sepertiga dari penghasilan keluarga dan pastikan total aset kekayaan yg kita miliki masih lebih besar dari total atau sisa utang yg harus kita bayar.

Terakhir, Ketiga, berhati-hatilah dengan setiap utang, karena utang bisa menjadi kebiasaan yang " memabukkan " para pelakunya untuk terus melakukan.

Sumber :  Buku " Financial Wisdom "

Karya    :  Eko. P. Pratomo








Tidak ada komentar:

Posting Komentar